Konflik antara Israel vs Hamas membuat ketidakpastian dalam global meningkat. Pasar padahal sedang dilanda akibat era suku bunga tinggi karena dampak perang Rusia-Ukraina beserta dampak-dampaknya. Lalu sekarang perang Israel dengan Hamas mengakibatkan saham sektor minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia. Dapat dilihat pada perdagangan pekan lalu, minyak WTI ditutup melesat 4,34% ke posisi US$ 86,38 per barel, begitupun dengan harga minyak Brent ditutup melejit pada posisi 4,22% ke posisi US$ 88, 15 per barel. Namun hal ini tidak berlangsung lama, mulai perdagangan pekan ini, harga minyak mulai melemah. Harga Batu Bara mendapat dorongan dari sentiment konflik Israel- Hamas membuat batu bara juga banyak diburu.
Berdasarkan data Refinitiv pada pekan ini, harga batu bara Newcastle untuk kontrak November 2023 sangat melonjak 6,46% ke posisi US$ 150,75 per ton. Kenaikan harga batu bara disebabkan naiknya harga minyak dan gas akibat konflik Israel vs Hamas.
Lanjar Nafi mengatakan “ada beberapa dampak perang Israel dan Hamas terhadap pasar modal. Pertama, harga komoditas energi karena harga minyak bisa dipengaruhi. Lantaran Timur Tengah adalah Produsen minyak utama “ Lanjar Nafi (10/10).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah dan melemah 0,34% ke level 6.913 jelang penutupan perdagangan (13/10) pukul 15.47 WIB. Dalam sektor berorientasi impor tergangg akibat perang, mka saham-saham yang akan terdampak seperti saham farmasi yang sebagian besar bahan bakunya masih impor. Saham tekonologu juga rentan dengan adanya krisis termasuk akibat dari meluasnya perang sehingga menyebabkan krisis, oleh karena itu investor cenderung menghindari saham-saham teknologi yang terkenal akan tingginya volatilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar