Perang Rusia Ukraina berdampak relevan terhadap perekonomian dunia, khususnya Indonesia. Hal tersebut menjadikan kenaikan harga minyak mentah pada akhir 2021 sempat menyentuh US$120 per barel. Berlanjut dengan konsumsi bahan bakar yang meningkat seiring pembukaan aktivitas ekonomi. Akibatnya alokasi subsidi BBM pemerintah membengkak dan memungkinkan melebihi rencana anggaran.
Pemerintahan Presiden Jokowi perlu menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter untuk memperoleh penghematan anggaran sekitar Rp103 triliun. Hal itu mengakibatkan kenaikan inflasi sebesar 8,38 persen, naik 288 basis poin (bps) dari level saat ini sebesar 5,5 persen. Dimana pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 4,94 persen.
Menjelang pengumuman harga BBM naik, IHSG dibuka melemah 47,11 poin atau 0,66 persen ke posisi 7.112,37. Sementara kelompok indeks LQ45 turun 9,61 poin atau 0,94 persen ke posisi 1.012,14.
Untuk mengatasi inflasi yang meningkat, Bank Indonesia (BI) meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 3,75%. Langkah ini diambil untuk mencegah risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan berbagai kelompok harga. Ketika tingkat suku bunga lebih tinggi akan mempengaruhi cost of fund investor, sehingga proyeksi terhadap pembiayaan investasi akan berubah seiring bunga yang dibayarkan memiliki variabel penting dalam keputusan investasi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap emiten pada sektor keuangan, seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, BRIS, BTPN
Kebijakan itu juga berimbas signifikan pada emite LQ45 yaitu berdampak positif pada emiten sektor energi, terutama sektor yang terkait dengan batubara akan terus berkinerja bagus. Seperti ADARO, ITMG, PTBA, KEEN. Hal itu karena sektor tersebut diuntungkan oleh harga komoditas yang tinggi. Selain itu, emiten pada sektor consumer staples seperti INDF juga tetap bertahan pada visibilitas laba bersihnya.
Sedangkan sektor otomotif dan sektor properti berdampak sebaliknya karena adanya kenaikan suku bunga yang menyebabkan daya beli melemah. Akibat permintaan yang menurun, berimbas pada perubahan strategi investasi, dimana lini produknya akan menurunkan kualitas untuk menyesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar