Dunia kini telah diselimuti awan gelap, presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan mendapatkan bisikan dari sejumlah lembaga internasional bahwa perekonomian dunia pada tahun 2023 akan gelap. Puluhan negara diperkirakan ambruk imbas berbagai eskalasi geopolitik yang terjadi pada tahun 2022 ini. Beberapa negara bahkan terancam menghadapi triple krisis yaitu krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan. Hal ini sejalan dengan yang diperkirakan menteri keuangan Sri Mulyani. Ekonomi 2023 masih dipenuhi ketidakpastian maka dari itu anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN dirancang dengan optimisme namun waspada.
Pemerintahannya telah menaikkan harga BBM sebagai respon menjaga beban APBN terhadap alokasi subsidi dan kompensasi BBM dimana anggaran nya kian membengkak di tengah kenaikan harga minyak dunia yang melonjak tinggi. Pemerintah mengklaim fungsi APBN terganggu karena lebih dari 80% masyarakat kelas atas yang justru menikmati subsidi BBM, selain subsidi BBM tingginya harga gas dunia juga membuat subsidi LPG 3kg kian melonjak. Pasalnya selisih harga antara LPG non subsidi dengan LPG subsidi sangat besar sehingga membuat masyarakat memburu LPG subsidi karena wacana konversi LPG bersubsidi ke kompor listrik pada tahun 2022 ini pun di nilai menjadi cara mudah untuk memangkas subsidi, namun nyatanya baik pemerintah maupun masyarakat sangat belum siap, bahkan menteri keuangan Sri Mulyani juga berencana ingin mengubah skema pensiunan PNS yang selama ini dana pensiun nyatanya sangat menyita APBN. Pada tahun 2021 lalu negara mengucurkan dana mencapai 2800 triliun rupiah untuk dana pensiun PNS termasuk POLRI dan TNI. Pemerintah pun merasa menggelontorkan dana pensiunan adalah beban dengan risiko panjang.
Pengamat ekonomi Peter Abdullah menilai menaikkan harga BBM konversi LPG subsidi hingga mengubah skema dana pensiun menjadi deretan langkah yang diambil pemerintah. Hal ini demi mengurangi beban dan defisit APBN, terlebih awan gelap yang akan menyelimuti perekonomian global di tahun 2023 membuat pemerintah kembali menerapkan disiplin fisikal dengan maksimum defisit tidak lebih dari 3% dari PDB dalam instrumen APBN tahun 2023.
Oleh : Lutfiatul Khoiriyah
Sumber : CNBC Indonesia, 30 September 2022, Awan Gelap Ekonomi 2023 Indonesia Kudu Piye Jokowi?, https://youtu.be/Mfi4P7JsegQ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar