Baru baru ini kabar yang sangat mengkhawatirkan dan membuat pasar ekuitas di berbagai kawasan diterpa aksi jual yang cukup masif oleh para investor. Ketakutan akan terjadinya krisis finansial global muncul kembali akibat ambruknya Silicon Valley Bank atau SVB. SVB ambruk karena gagal mendapatkan suntikan modal dan penarikan dana dari nasabah dan investor. Pada pekan lalu membuat pasar cukup gaduh mengindikasi kondisi yang terjadi akan mirip seperti kejadian di masa lalu ketika Lehman Brothers sebuah perusahaan terbesar di Amerika Serikat ambruk dan memberikan dampak pada keuangan AS maupun global. Adapun bangkrut nya perusahaan Lehman Brothers ini disebabkan oleh kredit macet yang terjadi pada perusahaan property dan real estate yang berada di Amerika Serikat.
Ambruknya SVB pada pekan lalu yang mana berhasil membuat kiblat bursa dunia merosot tajam diikuti di kawasan lainnya, dikatakan oleh beberapa analis menjadi kondisi yang cukup wajar apabila psikologis invstor akan khawatir akan peristiwa yang terjadi karena secara tiba-tiba dan tidak membutuhkan waktu yang lama bank kebanggaan para founder perusahaan rintisan global ambruk hanya dalam waktu 48 jam. Dengan kolaps nya SVB ini bahkan menjadi kegagalan bank terbesar kedua di dunia setelah peristiwa Lehman Brothers di tahun 2008 lalu. Ketakutan ini pun sangat menusuk hati para investor di dalamnya saat kabar mengenai nasib nasabah SVB yang sebesar 2.712 triliun ternyata tidak dijaminkan kelembagaan penjamin simpanan bank Amerika Serikat. Bahkan kemungkinan uang nasabah sebesar itu raib dan tidak jelas nasibnya.
Lantas bagaimana profil SVB ini membuat ketar ketir?
SVB didirikan pada 1983 di Amerika yang mana identik dengan perusahaan perusahaan startup yang berfokus pada pembiayaan perusahaan teknologi baik di AS atau di negara lain. Dari segi fasilitas SVB merujuk pada pendanaan yang mengarah pada kebutuhan yang dimiliki oleh usaha rintisan seperti halnya ada layanan, modal Ventura, pembiayaan berbasis pendapatan, dan berinvestasi dalam teknologi dan bioteknologi.
Pada quarter ke 4 tahun 2002 bank spesialis pinjaman startup ini memiliki total aset sebesar 212 miliar US dollars atau setara dengan 3000 an triliun. Tapi dari kejatuhan ini perusahaan pun harus menjual seluruh aset yang dimiliki untuk memenuhi tanggung jawab pengembalian uang nasabah yang jumlahnya triliunan rupiah yang nasibnya juga belum jelas hingga saat ini. apakah dengan kondisi yang ada akan sama dampaknya seperti kasus Lehman Brothers di tahun 2008 lalu.
Jika dibandingkan kasus SVB dengan Lehman Brothers yang tentunya ditimbulkan dari ambruknya SVB ekonom asal AS yang bernama Paul Crutman juga ikut buka suara, dirinya mengatakan dampaknya tidak akan sebesar kasus Lehman Brothers pada waktu itu hal ini juga dapat dilihat dari Nilai hutang nya yang mana SVB tidak sebesar Lehman Brothers yang berada di angka 600 an dolar AS. Untuk dana negatifnya ambruk di tahun 2008 namun yang menarik adalah ada kesamaan dari kedua bank ini dimana baik Lehman Brothers maupun SVB sama sama bisa bersikap tenang seperti tidak terjadi apa apa sebelum akhirnya mempublikasikan bahwa bank mereka kolaps dan tak sanggup lagi melanjutkan kegiatan operasional nya. jadi tenang tenang saja tapi tiba tiba bangkrut. ini lah yang membuat investor juga bersikap lebih agresif karena kekhawatiran yang melanda di benak mereka, harapan nya semoga dampaknya tidak menular di tanah air dan urusan rintisan juga cepat keluar dari tantangan yang terjadi di tengah volatilitas ekonomi dunia.
Oleh : Lutfiatul Khoiriyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar